Berawal dari
kebingungan seorang seniman jalanan (Sandek) perihal ingatannya yang semakin
rapuh yang tanpa ia sadari didengar oleh seorang politikus (Madrani). Tidak ada
masalah yang ingin mereka ceritakan diawal sampai bangku dan pohon tempat
mereka bertemu itu menjadi saksi bisu keanehan dunia yang mereka anggap biasa
saja. WANITA, itulah yang mereka peerdebatkan. Lelaki yang meng-agung-kan
seorang wanita yang bukan istrinya dan politikus wanita yang juga membanggakan
teman ‘wanita’ tangguhnya. Terlihat
mereka berdua tidak memiliki kecocokan sama sekali, ejekan ceplas-ceplos ala seniman dan sindiran sarkasme khas politikus pun
mewarnai perbincangan mereka malam hari itu.
Pertemuan mereka diakhiri dengan perjanjian untuk mempertemukan wanita
siapa yang lebih hebat diantara mereka.
Di waktu yang
sama seorang pemuda (Silay) dari kalangan terpelajar sedang mendatangi sebuah
bangunan yang dijuluki ‘rumah jalang’. Sebelum berhasil masuk ke dalam rumah
itu, Silay dihadang oleh seorang banci kaleng (Dini) yang menawarkan paket
istimewa ala banci. Godaan berat dari banci kelas kakap Silay hiraukan karena
wanita yang ia inginkan adalah Inong bidadari rumah jalang. Suasana romantis
dan sedikit nakal mewarnai pertemuan mereka sebelum akhirnya Inong memutuskan
untuk berhenti dan keluar dari lubang masa lalunya. Tanda tanya besar itupun
terjawab setelah Inong dengan air mata dan suara renta nya mengungkapkan sebuah
rahasia besar bahwa ia terjangkit shipilis
akud. Kemarahan Silay yang mengetahui bahwa ia tertular penyakit kotor itu
sempat Inong rasakan sebelum ia pergi meninggalkan rumah jalang. Di luar rumah
nampak ibu-ibu yang sempat menguping pembicaraan mereka. Mereka sangat senang
akan kepergian Inong yang berarti perginya kutukan dari tempat itu.
Sandek masuk ke
rumah jalang untuk mencari wanita yang memberinya inspirasi atas semua karya
seni nya itu. Namun yang ia temukan hanya seorang pemuda yang tertunduk lemah
di sudut ruangan. Sandek mempertanyakan keberadaan Inong kepada Silay, tapi
jawaban Silay hanyalah kondisi kotor Inong yang tersirat tanpa mampu dibaca
Sandek. Silay yang merasa terhina karrena Sandek terus membanggakan Inong dan
bercerita bahwa dia lah lelaki terbaik di rumah jalang membuat Silay
menyombongkan dirinya pula dan lupa sejenak akan kebenciannya pada Inong.
Masuklah Madrani yang juga menyombongkan kehebatannya akan wanita yang menjadi
syahwat politiknya. Mereka semua memperebutkan satu wanita, yaitu Inong. Silay
yang tidak tahan akhirnya memberitahu bahwa Inong menderita penyakit kelamin.
Rasa bangga mereka terhadap Inong berubah menjadi kebencian yang tidak dapat
terbendung. Mereka meninggalkan rumah jalang saat itu juga untuk berpencar
mencari Inong.
Ketiga orang
itu telah merasakan kebencian Inong. Mereka terkapar lemah tak berdaya di
tempat masing-masing. Namun pikiran mereka tertuju pada penyesalan akan apa
yang telah mereka perbuat. Inong terus hadir dalam bayangan mereka seolah telah
puas dan tanpa penyesalan telah berhasil menularkan penderitaan yang selama ini
ia rasakan. Orang-orang yang berbeda dalam segala hal namun memiliki satu
persamaan, yaitu perempuan. Berikut ini adalah pemeran naskah Inong pada
pementasan Rennoviesta
1. Inong : Maharani Fauziah (Sastra
Indonesi 2014)
2. Sandek
: Adi
Mustofa (Manajemen 2014)
3. Madrani : Nina Sagitha Pratiwi
(Pendidikan Dokter Hewan 2014)
4. Silay
: Ayub Ashari
(Pendidikan Apoteker 2014)
5. Banci : Deni Setiawan
(Antropologi 2014)
6. Ibu
Rumpi 1 : Ilma Abidina Cahya (Biologi
2014)
7. Ibu
Rumpi 2 : Sri Umida Setyaningsih
(Budidaya Perairan 2014)