indah dimata indah dihati
cantik mata belum tentu cantik di hati
pujangga hati pujangga cinta
walau merana terasa pusara
hati tetap merengkuh jua
pohon bambu berbuah jambu
walau terkadang beradu tetapi rindu
malam indah berbintang terasa sendu
melodi nan indah tak menembus kalbu
Oleh :
Harist Nur R.
TeMA member
BALON
Jangan terlalu mengagungkan cinta
Karena saat kamu mengagungkannya
Cinta seperti balon
Dia mungkin akan terbang tinggi
Namun, pada titik tertentu
Dia tak akan dapat terbang lebih tinggi lagi
Dan meletus . . .
Saat itulah kamu akan terjatuh dan hancur
Karena yang kamu kejar adalah nafsu
Bukan ketulusan mencintai dan dicintai
Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member
Bukan Hujan Tapi KAMU
Ingin
hati . . .
Menghirup
aroma tanahnya
Menikmati
terpaan anginnya
Memandangi
lukisan langitnya
Memeluk
dingin airnya
Menggenggamnya
dengan tangan ini
Hujan,
mendamaikan malam ini
Perlahan
mataku pun terpejam
Merasakan
malam dan Menikmati hujannya
Aku
tersadar akan ingin hati ini
Bukan
hujan tapi KAMU
Menghirup
aroma tubuhmu
Merasakan
hembusan nafasmu
Memandangi
siluet wajahmu
Menggenggam
erat tanganmu
Merasakan
hanganyat tubuhmu
Memelukku
dari dinginnya malam
Kamu
yang mendamaikan malam ini
Hingga
mataku terpejam . . .
Menikmati
kehadiranmu
Merasakan
setiap detik tercipta
Karena
. . .
Malam
ini hujan turun membawa cerita baru
Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member
Kalau
Kalau Aku tahu begini
Waktu pertama bertemu kamu
Aku puas-puasin ketemu kamu
Aku puas-puasin lihat wajahmu
Aku puas-puasin lihat senyum kamu
Aku puas-puasin menjabat tanganmu
Kamu yang lucu
Kamu yang unik
Kamu yang menyenangkan
Kamu yang selalu tersenyum
Kalau tahu begini
Waktu pertama kamu telepon
Aku puas-puasin dengerin kamu ngomong
Aku puas-puasin denger
kamu manggil namaku
Aku puas-puasin manggil namamu
Cuma kamu dan aku
Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member Tak Rasa
Hampa . . .
Sepi . . .
Kosong . . .
Keman hatiku
?
Kemana semua
perasaan itu
Kemana
semuannya pergi
Mana
sedihku?
Mana
bahagiaku?
Mana semua
cintaku?
Kemana
semuanya . . .
Otakku
terasa berhenti
Berhenti
memutar . . .
Semua memori
masa lalu itu
Semua kenangan itu
Kemana semuanya hilang
Tak ada yang kurasa
Kecuali kosong
Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member MANUSIA HINA
Aku seorang manusia hina yang tak pantas disini
Aku seorang manusia hina yang tak pantas bersama kalian
Aku seorang manusia hina yang selalu merasa asing
Aku seorang manusia hina yang tak mau memikirkan orang lain
Aku seorang manusia hina yang selalu merasa bersalah terus
Aku seorang manusia hina yang selalu melihat sisi balik topeng mereka
Aku seorang manusia hina yang patut dikasihani
Tapi tak patut diberi jantung
Aku memang manusua hina karena aku tak mensyukuri apa yang ada
Bukalah matamu manusia hina
Karena, disekitar banyak orang yang memberi engkau hati Dan menyayangi engkau!
Tidak! Mereka tidak menyayangi aku, mereka hanya menghargai aku, dan menghormati aku, bahkan ada yang takut padaku.
Cukup manusia hina! Diamlah, dan tidurlah, jangan pernah bangun.
Karena manusia hina memang tak pantas dilahirkan.
Oleh :
Fransiska Maya
TeMA member
MULAI TERJAMAH
Mulai terjamah dengan persidangan
semu.
Di dalam dunia tak ada seorang pun yang
menyadari apa yang kau minta.
Bulan mulai
mendayung-dayung hingga sadar mengelupas.
Lagi-lagi kau mulai
meminta tanpa sadar.
Sadar yang kau berikan
hanya sebatas explisit bukan implisit.
Ketika mereka mulai
mengetahui,
Merekalah yang memulai.
Memulai dengan melandai-landai seperti angin.
Bernyanyi seperti gemericik air.
Berteriak seperti petir.
Mereka memulai dengan air diatas mata mereka dengan elok.
Elok sungguh sangat elok,
Tarian-tarian yang kau suguhkan memang tak seperti penari ballet
yang lemas gemulai.
Tapi sungguh tak mampu membuat kalanganmu memuja.
Sekali lagi kau tak menyadarinya lagi,
Dengan dogma-dogma yang kau suarakan
Seperti doktrin diatas mimbar yang gelamor dengan gemerlap cahaya
rembulan.
Sehingga rembulan pun merasa malu melihatmu.
Murka, yang mereka inginkan
hanya sebatas topeng samudra yang menderu.
Dengan binatangkah mereka lahir, atau dengan angan-angan palsu
mereka bernafas
Tak pernah seorang tau atau pura-pura tak menau
Di setiap deruan nafas mereka memonopoli
Merampok,
Merampas,
Menggorok, dan
Menyayat.
Inikah yang mereka rencanakan sebelum letupan magma muncul
Dari, sampah-sampah yang terbuang.
Lagi-lagi mereka tak mengetahui arti dari segment yang belum
terselesaikan
Lihatlah, lihat apa yang mereka perbuat
Terpejam seperti orang buta
Menutup mulut seperti orang bisu
Membisu seperti orang tuli
Memperingatkan ketika tahta tirani mulai membabi buta sesambi
menenggak whisky
Haruskah kau menjadi seperti
tak seorangpun mengenalmu
Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member
Muhammad Rizal R.
TeMA member
Kenikmatan Kekasih
Mungkin ini
kekasih yang kau inginkan?
Bersama
dengan lelehnya air hujan, kau mulai bernyanyi.
Bersenandung,
melandai landai dengan gemulai nan riang.
Menari
diatas permukaan
Berdoa
diatas lumpur
Tertawa
lepas diatas penderitaan
Seolah tak
mengerti apa yang membuatmu pilu.
Diantara
kalimat sastra dan bilangan prima aku mulai bingung.
Seolah tak
mengerti lagi
Seolah tak
mengetahui
Seolah tak
peduli lagi
Satir
sarkas mulai melambung tinggi bersama binatang berakal.
Dengan tawa
kau mulai menarikku kedalam segara.
Seolah aku
hanyut dalam arus.
Seolah aku
mengapung di atas samudra.
Seolah aku
tenggelam di dalam sungai.
Angkuhmu
memang telah membuatku terpesona dalam buaian karma.
Hingga aku
pun tak mengerti kenapa ini mulai menjadi kenyataan.
Sadarpun
aku lakukan dalam menenggak anggur
Beserta
dengan tiga belas kalimat yang kau lontarkan kepadaku.
Aku begitu
terbuai.
Aku begitu
merasa pilu.
Aku begitu
menikmati situasi yang kau berikan
Hingga aku
mulai lupa rasa jenuh seperti apa karna rasa nikmat ini mulai menjenuhkan.
Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member
Bilangan
Kosong
Aku berjalan diatas jalanan kosong
Disebuah persimpangan ku menanti nyanyian sang rembulan
dengan kosongku mulai bersulang dengan kekasih
Kini Posseidon mulai menjadi perantara tuk menggapai sang rembulan
ketika replika fragmen cinta mulai bersenandung dengan kau
di saat itulah dimana satir sarkasmu mulai merasuk kedalam sukma kekasih
dengan begitu kita mulai menikmati dosa
Arteriku mulai merambat dengan cepat sampai ke tulang sumsum
Sejak tulah ku menantimu slalu di perempatan dengan kawan penuh janji
Disebuah persimpangan ku menanti nyanyian sang rembulan
dengan kosongku mulai bersulang dengan kekasih
Kini Posseidon mulai menjadi perantara tuk menggapai sang rembulan
ketika replika fragmen cinta mulai bersenandung dengan kau
di saat itulah dimana satir sarkasmu mulai merasuk kedalam sukma kekasih
dengan begitu kita mulai menikmati dosa
Arteriku mulai merambat dengan cepat sampai ke tulang sumsum
Sejak tulah ku menantimu slalu di perempatan dengan kawan penuh janji
Kan kujadikan kau Zarathustra
Kan kubunuh dia untuk mempersatukan makhluknya
Ku mulai menghela nafas hingga raga dan sukma membuat kapilaritas
yang sempurna
Tapi andai sukma dan ragapun ada, maka kan kukatakan pada dia
Raga dan Sukma akan ku serahkan kepada larva-larva yang rakus
Tapi sukmaku kan merasuki jiwa-jiwa yang kosong
Kan kutiup sangkakala pada setiap kubah, altar, dan hiasan suci itu
Tak kubiarkan mereka semakin menggonggong tuk saudaraku di bumi ini
Tapi apa daya setiap katarsis yang kau hembuskan lewat angin
tak mampu kau kelak, ketika pohonmu membuka setiap katarsis yang
telah ia semprot bak deodorant.
Bersolek dengan Lucifer pun tak akan membantu bila tak dengan wisky
Gelas-gelas pun mulai kosong ketika kosongku tak kosongkau
Namun kosong tetaplah kosong, Baik kosong definisiku atau kau
Janganlah kau tipu atas bualan para kerbau, Pelacur dipinggir jalan
pun tau akan hal itu
Berkhotbah diatas mimbar bersama Lucifer pun tak mampu membuat dogma
tu merasuk dalam raga kekasih
Karna pelacur merupakan serangkaian dari Teratai kekasih
Teratai pun akan tetap tenang diatas genangan air yang tenang tanpa
adanya ketegangan.
Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member
Cita dan impian
Lihat padang rumput yang luas didepanmu
Terasa segarnya embun yang menemaninya
Mentari pagi tersenyum mengiringi langkahmu
Berjalanlah tanpa keluh kesah menuju impian
Dan pernahkah kau memandangi bintang
Cahayanya gemerlapan penuh harapan
Mengajak kita merangkai impian masa depan
Tetaplah bermain penuh tawa dalam kehidupan
Sadarkah dirimu bahwa angin selalu menemanimu
Kesejukannya menghanyutkan jiwa yang gundah
Menggantikannya dengan ketenangan dan kenyamanan
Menghempaskan debu dari bingkai impian
Berhentilah resah tentang masa depanmu
Mentari, bintang dan rembulan akan selalu
menemanimu
Impian adalah kunci masa depan
Kejarlah mimpimu dengan senyum dan tawa
Walaupun sesekali perih menghampiri
Teruslah bangkit dan segera lanjutkan
perjalanan
Tuhanpun kan tersenyum kepadamu dan impian
yang kau kejar
Oleh :
Harist Nur R.
TeMA member
Tidak ada komentar:
Posting Komentar