Puisi

SENANDUNG MALAM KALBU

indah dimata indah dihati
cantik mata belum tentu cantik di hati
pujangga hati pujangga cinta
walau merana terasa pusara
hati tetap merengkuh jua
pohon bambu berbuah jambu
walau terkadang beradu tetapi rindu
malam indah berbintang terasa sendu
melodi nan indah tak menembus kalbu

Oleh :
Harist Nur R.
TeMA member


BALON


Jangan terlalu mengagungkan cinta

Karena saat kamu mengagungkannya

Cinta seperti balon

Dia mungkin akan terbang tinggi

Namun, pada titik tertentu

Dia tak akan dapat terbang lebih tinggi lagi

Dan meletus . . .

Saat itulah kamu akan terjatuh dan hancur

Karena yang kamu kejar adalah nafsu

Bukan ketulusan mencintai dan dicintai 

Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member 
 


Bukan Hujan Tapi KAMU
 
Ingin hati . . .
Menghirup aroma tanahnya
Menikmati terpaan anginnya
Memandangi lukisan langitnya
Memeluk dingin airnya
Menggenggamnya dengan tangan ini

Hujan, mendamaikan malam ini
Perlahan mataku pun terpejam
Merasakan malam dan Menikmati hujannya

Aku tersadar akan ingin hati ini
Bukan hujan tapi KAMU

Menghirup aroma tubuhmu
Merasakan hembusan nafasmu
Memandangi siluet wajahmu
Menggenggam erat tanganmu
Merasakan hanganyat tubuhmu
Memelukku dari dinginnya malam

Kamu yang mendamaikan malam ini
Hingga mataku terpejam . . .
Menikmati kehadiranmu
Merasakan setiap detik tercipta
Karena . . .
Malam ini hujan turun membawa cerita baru


Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member  



Kalau



Kalau Aku tahu begini

Waktu pertama bertemu kamu

Aku puas-puasin ketemu kamu

Aku puas-puasin lihat wajahmu

Aku puas-puasin lihat senyum kamu
Aku puas-puasin menjabat tanganmu

Kamu yang lucu
Kamu yang unik
Kamu yang menyenangkan
Kamu yang selalu tersenyum

Kalau tahu begini
Waktu pertama kamu telepon
Aku puas-puasin dengerin kamu ngomong
Aku puas-puasin denger kamu manggil namaku
Aku puas-puasin manggil namamu
Cuma kamu dan aku


Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member  


Tak Rasa 
Hampa . . .
Sepi . . .

Kosong . . .

Keman hatiku ?

Kemana semua perasaan itu

Kemana semuannya pergi

Mana sedihku?

Mana bahagiaku?

Mana semua cintaku?

Kemana semuanya . . .

Otakku terasa berhenti

Berhenti memutar . . .

Semua memori masa lalu itu

Semua kenangan itu

Kemana semuanya hilang

Tak ada yang kurasa

Kecuali kosong


Oleh :
Satria Mandala Putra
TeMA member 



MANUSIA HINA

Aku seorang manusia hina yang tak pantas disini
Aku seorang manusia hina yang tak pantas bersama kalian
Aku seorang manusia hina yang selalu merasa asing
Aku seorang manusia hina yang tak mau memikirkan orang lain
Aku seorang manusia hina yang selalu merasa bersalah terus
Aku seorang manusia hina yang selalu melihat sisi balik topeng mereka
Aku seorang manusia  hina yang patut dikasihani
Tapi tak patut diberi jantung
Aku memang manusua hina karena aku tak mensyukuri apa yang ada
Bukalah matamu manusia hina
Karena, disekitar banyak orang yang memberi engkau hati Dan menyayangi engkau!
Tidak! Mereka tidak menyayangi aku,  mereka hanya menghargai aku, dan menghormati aku, bahkan ada yang takut padaku.
Cukup manusia hina! Diamlah, dan tidurlah, jangan pernah bangun.
Karena manusia hina memang tak pantas dilahirkan.

Oleh :
Fransiska Maya
TeMA member




MULAI TERJAMAH
Mulai terjamah dengan persidangan semu.
Di dalam dunia tak ada seorang pun yang menyadari apa yang kau minta.
Bulan mulai mendayung-dayung hingga sadar mengelupas.
Lagi-lagi kau mulai meminta tanpa sadar.
Sadar yang kau berikan hanya sebatas explisit bukan implisit.
Ketika mereka mulai mengetahui,
Merekalah yang memulai.
Memulai dengan melandai-landai seperti angin.
Bernyanyi seperti gemericik air.
Berteriak seperti petir.
Mereka memulai dengan air diatas mata mereka dengan elok.
Elok sungguh sangat elok,
Tarian-tarian yang kau suguhkan memang tak seperti penari ballet yang lemas gemulai.
Tapi sungguh tak mampu membuat kalanganmu memuja.

Sekali lagi kau tak menyadarinya lagi,
Dengan dogma-dogma yang kau suarakan
Seperti doktrin diatas mimbar yang gelamor dengan gemerlap cahaya rembulan.
Sehingga rembulan pun merasa malu melihatmu.
Murka,  yang mereka inginkan hanya sebatas topeng samudra yang menderu.

Dengan binatangkah mereka lahir, atau dengan angan-angan palsu mereka bernafas
Tak pernah seorang tau atau pura-pura tak menau
Di setiap deruan nafas mereka memonopoli
Merampok,
Merampas,
Menggorok, dan
Menyayat.
Inikah yang mereka rencanakan sebelum letupan magma muncul
Dari, sampah-sampah yang terbuang.
Lagi-lagi mereka tak mengetahui arti dari segment yang belum terselesaikan

Lihatlah, lihat apa yang mereka perbuat
Terpejam seperti orang buta
Menutup mulut seperti orang bisu
Membisu seperti orang tuli
Memperingatkan ketika tahta tirani mulai membabi buta sesambi menenggak whisky
Haruskah kau menjadi seperti
tak seorangpun mengenalmu


Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member




Kenikmatan Kekasih

Mungkin ini kekasih yang kau inginkan?
Bersama dengan lelehnya air hujan, kau mulai bernyanyi.
Bersenandung, melandai landai dengan gemulai nan riang.
Menari diatas permukaan
Berdoa diatas lumpur
Tertawa lepas diatas penderitaan

Seolah tak mengerti apa yang membuatmu pilu.
Diantara kalimat sastra dan bilangan prima aku mulai bingung.
Seolah tak mengerti lagi
Seolah tak mengetahui
Seolah tak peduli lagi
Satir sarkas mulai melambung tinggi bersama binatang berakal.

Dengan tawa kau mulai menarikku kedalam segara.
Seolah aku hanyut dalam arus.
Seolah aku mengapung di atas samudra.
Seolah aku tenggelam di dalam sungai.
Angkuhmu memang telah membuatku terpesona dalam buaian karma.
Hingga aku pun tak mengerti kenapa ini mulai menjadi kenyataan.

Sadarpun aku lakukan dalam menenggak anggur
Beserta dengan tiga belas kalimat yang kau lontarkan kepadaku.
Aku begitu terbuai.
Aku begitu merasa pilu.
Aku begitu menikmati situasi yang kau berikan
Hingga aku mulai lupa rasa jenuh seperti apa karna rasa nikmat ini mulai menjenuhkan.

Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member



Bilangan Kosong


Aku berjalan diatas jalanan kosong
Disebuah persimpangan ku menanti nyanyian sang rembulan
dengan kosongku mulai bersulang dengan kekasih
Kini Posseidon mulai menjadi perantara tuk menggapai sang rembulan
ketika replika fragmen cinta mulai bersenandung dengan kau
di saat itulah dimana satir sarkasmu mulai merasuk kedalam sukma kekasih
dengan begitu kita mulai menikmati dosa
Arteriku mulai merambat dengan cepat sampai ke tulang sumsum
Sejak tulah ku menantimu slalu di perempatan dengan kawan penuh janji

Kan kujadikan kau Zarathustra
Kan kubunuh dia untuk mempersatukan makhluknya
Ku mulai menghela nafas hingga raga dan sukma membuat kapilaritas yang sempurna
Tapi andai sukma dan ragapun ada, maka kan kukatakan pada dia
Raga dan Sukma akan ku serahkan kepada larva-larva yang rakus
Tapi sukmaku kan merasuki jiwa-jiwa yang kosong
Kan kutiup sangkakala pada setiap kubah, altar, dan hiasan suci itu
Tak kubiarkan mereka semakin menggonggong tuk saudaraku di bumi ini

Tapi apa daya setiap katarsis yang kau hembuskan lewat angin
tak mampu kau kelak, ketika pohonmu membuka setiap katarsis yang telah ia semprot bak deodorant.
Bersolek dengan Lucifer pun tak akan membantu bila tak dengan wisky
Gelas-gelas pun mulai kosong ketika kosongku tak kosongkau
Namun kosong tetaplah kosong, Baik kosong definisiku atau kau
Janganlah kau tipu atas bualan para kerbau, Pelacur dipinggir jalan pun tau akan hal itu
Berkhotbah diatas mimbar bersama Lucifer pun tak mampu membuat dogma tu merasuk dalam raga kekasih
Karna pelacur merupakan serangkaian dari Teratai kekasih
Teratai pun akan tetap tenang diatas genangan air yang tenang tanpa adanya ketegangan.

Oleh :
Muhammad Rizal R.
TeMA member





Cita dan impian

Lihat padang rumput yang luas didepanmu
Terasa segarnya embun yang menemaninya
Mentari pagi tersenyum mengiringi langkahmu
Berjalanlah tanpa keluh kesah menuju impian
                         
Dan pernahkah kau memandangi bintang
Cahayanya gemerlapan penuh harapan
Mengajak kita merangkai impian masa depan
Tetaplah bermain penuh tawa dalam kehidupan

Sadarkah dirimu bahwa angin selalu menemanimu
Kesejukannya menghanyutkan jiwa yang gundah
Menggantikannya dengan ketenangan dan kenyamanan
Menghempaskan debu dari bingkai impian

Berhentilah resah tentang masa depanmu
Mentari, bintang dan rembulan akan selalu menemanimu
Impian adalah kunci masa depan
Kejarlah mimpimu dengan senyum dan tawa
Walaupun sesekali perih menghampiri
Teruslah bangkit dan segera lanjutkan perjalanan
Tuhanpun kan tersenyum kepadamu dan impian yang kau kejar

Oleh :
Harist Nur R.
TeMA member

Tidak ada komentar:

Posting Komentar